Berkenalan dengan Snack Khas Korea Selatan

KoreanSnacks

Seperti makanan, snack atau makanan ringan juga bervariasi di tiap negara – dari rasa hingga ukuran, bentuk hingga tekstur. Singkatnya, sebungkus keripik dapat menjelaskan perbedaan budaya dan citarasa tiap etnis.

Bagaimana dengan Korea?

Kunjungan ke sudut makanan ringan di supermarket di Korea akan menunjukkan satu hal yang paling terlihat tentang selera Korea – banyaknya makanan ringan dengan rasa makanan laut (seafood). Udang, cumi-cumi, kepiting dan bahkan gurita.

“Saya pikir orang Korea secara umum menikmati rasa asin, rasa kacang dan rasa manis dalam snack mereka,” kata Hong Gi Taek, perwakilan humas Nongshin Co., salah satu pembuat makanan ringan utama Korea.

Pasar makanan ringan Korea berkembang selama industrialisasi yang pesat di tahun 1970an dan terpengaruh banyak oleh negara-negara Barat dan Jepang. Seiring perkembangan waktu, industri itu berevolusi untuk menyesuaikan dengan selera orang Korea. Walaupun makanan ringan yang sudah berusia 30-40 tahun masih tetap bertahan, beberapa pendatang baru telah memasuki pasar dan mengubah dinamika pasar yang semula stagnan.

Di bawah ini kami sajikan industri makanan ringan Korea dari yang sejak dulu ada hingga premium.

Makanan ringan tradisional masih laku

Saewookkang, Choco Pie dan Pepero adalah contoh-contoh makanan ringan yang paling awal muncul dan paling terkenal, dan dengan gaya Korea asli, mereka tidak hanya merefleksikan tetapi juga ikut mengubah budaya Korea pascaperang.

Pasar makanan ringan didominasi oleh merek-merek besar dalam jumlah sedikit, yang berkembang beberapa dekade setelah berpisahnya dua Korea. Hampir semua makanan ringan yang diproduksi, dibuat oleh Orion Group, Nongshim Co., Haitai Confectionary & Foods dan Lotte Confectionary.

1. Choco Pie

KoreanSnacks4

Choco Pie diciptakan Orion pada 1974 dan menjadi salah satu makanan ringan paling ikonik di Korea. Snack itu terdiri dari dua biskuit bundar seperti spons yang dipisahkan oleh marshmallow dan ditutup dengan coklat.

Choco Pie dikabarkan adalah favorite banyak warga Korea Utara yang tahu dari pekerja pabrik yang bekerja di Gaeseong Industrial Park – tempat usaha gabungan duo Korea yang terletak di Korea Utara. Beberapa orang bahkan bercanda bahwa makanan ringan penuh coklat itu akan membantu reunifikasi.

2. Pepero

KoreaSnacks3

Snack ini diperkenalkan Lotte pada 1983. Makanan ringan ini sepertinya tidak akan menyelesaikan konflik apapun namun mungkin memenangkan banyak hati. Stik biskuit kecil yang dicelup coklat sudah menjadi bagian dari budaya Korea sampai-sampai ada satu hari yang didedikasikan untuk Pepero.

Spekulasi berkembang tentang bagaimana Hari Pepero atau Pepero Day muncul, namun sebenarnya itu muncul untuk meniru Hari Valentine ketika sekotak makanan ringan diberikan untuk kekasih. Pepero Day diperingati setiap tanggal 11 November, karena tanggal itu mirip dengan stik Pepero, namun ada juga yang mengatakan tanggal itu berasal dari takhayul bahwa memakan Pepero akan membuatmu tinggi dan kurus.

3. Saewookkang

KoreanSnacks3

Saewookkang adalah camilan udang. Dibuat oleh Nongshim pada tahun 1971 dan telah terjual lebih dari 7 milyar bungkus, Saewookkang adalah makanan ringan yang tertua dan paling populer di Korea. Rasa udang itu adalah cerminan dari letak geografis Korea dan selera yang unik. Faktanya, di luar Korea, makanan ringan rasa seafood adalah suatu keanehan.

 

Camilan seperti kerupuk itu panjangnya sekitar 5cm dan masih dibuat dari udang asli. Camilan itu punya rasa yang lebih asin daripada kebanyakan camilan dari Korea, yang cenderung manis.

 

Status Saewookkang sebagai “selalu ada disana” adalah cerminan dari fakta bahwa camilan ini selalu ada seperti teman lama di banyak bar Korea, dikonsumsi sebagai camilan gratis saat minum-minum.

Camilan premium yang lebih sehat

 

Sekitar tahun 2003, ketika tren kesehatan mulai mendapat momentum di Korea, konsumen mulai mencari gaya hidup dan produk-produk yang lebih sehat dan lebih ramah lingkungan. Namun, dibutuhkan beberapa tahun lagi bagi makanan ringan untuk mengikuti tren gaya hidup sehat.

 

Itu semua dimulai pada Januari 2008, ketika pembuat Choco Pie, Orion memperkenalkan merek baru makanan sehat bernama Dr.You. Nama itu diambil dari Dr. You Tae Woo – mantan profesor kesehatan keluarga di Universitas Seoul dan dokter pribadi pemimpin Orion – yang menangani divisi riset dan pengembangan untuk membuat makanan ringan yang sehat dan enak.

Hasilnya adalah camilan energy bar yang diisi dengan kacang-kacangan dan buah buahan, kue coklat dan biskuit yang terbuat dari keju dari Imsil, dimana keju diproduksi secara domestik.

Di tahun yang sama, Orion juga memperkenalkan merek premium lain, Market O, yang dideskripsikan punya bahan-bahan lokal dan tanpa tambahan bahan kimia. Diantara produk-produk mereka, Market O Real Brownie muncul dengan kesuksesan fenomenal.

 

Brownies coklat ukuran kecil – yang tebal dan lembut – disukai oleh turis dari Jepang yang lebih senang membeli brownies di supermarket dengan harga yang lebih murah dibanding membeli brownies di toko roti. Makanan ringan itu akhirnya menjadi barang “wajib beli” di Korea, selain rumput laut kering dan kimchi.

Namun, makanan ringan premium dan sehat juga menimbulkan kontroversi. Kritikus mempertanyakan seberapa sehat produk-produk itu sebenarnya jika dibandingkan dengan produk yang lebih murah.

 

Para pengkritik mengklaim bahwa makanan ringan premium punya total lemak trans, sodium dan gula yang hampir sama, namun dengan kemasan yang lebih bagus.

Demam Makanan Ringan – Kegilaan Honey Butter

 

Sekarang orang Korea membuat makanan ringan semakin naik tingkat.

 

Beberapa makanan ringan terbaru menjadi tren dan menghasilkan demam yang belum pernah terlihat sebelumnya.

 

Honey Butter Chips, merek baru keripik kentang yang diluncurkan oleh Haitai pada Agustus 2014 telah menghasilkan fenomena.

³Êµµ³ªµµ 1À§¡¦Á¦°ú¾÷°è '¾ÆÀüÀμö'½Ä Åë°è ³²¹ß

 

Hanya dalam waktu 2 bulan, keripik ini tidak hanya meraih keuntungan 5 milyar won dari penjualan 1.500 won per bungkus, namun juga mengubah dinamika pasar makanan ringan yang semula lesu.

 

Begitu terkenalnya Honey Butter Chips hingga produk ini terjual habis di setiap supermarket di Korea, bahkan beberapa bungkus ada yang dilelang online dan terjual lebih dari 2 kali lipat harga aslinya.

Kegilaan ini juga menginspirasi beberapa peniru seperti Sumichip Honey Mustard dari perusahaan lawan, Nongshim. Sedangkan makanan ringan yang sudah ada seperti Pocachip dari Orion sekarang dipromosikan sebagai “alternatif Honey Butter”.

Strategi pemasaran ini juga meluas ke bidang-bidang lain. Salah satu apartemen multiplex baru-baru ini mempromosikan diri sebagai “Honey Butterville” dalam brosur untuk menarik pembeli sedangkan merek komestik Missha melunjurkan facemask bernama Honey Butter Pack.

Sensasi ini sesuai dengan Korea hari ini yang berpusat pada makanan dimana informasi tempat-tempat makan trendi tersebar dengan lebih cepat dan antrian di restoran semakin bertambah panjang.

Namun, hal ini tetap mengundang pertanyaan: mengapa begitu heboh?

Pertama, Honey Butter Chips diklaim punya rasa yang unik. Berlawanan dengan anggapan bahwa keripik kentang rasanya asin, keripik berwarna emas ini manis – namun tidak hanya manis; keripik ini manis, asin, dan bermentega, dengan taburan seledri dan sedikit rasa bawang.

Namun, selain rasa, sosial medialah yang sebenarnya mempopulerkan keripik kentang ini.

Menurut sebuah laporan berjudul “Mengubah tren di SNS” oleh Hana Daetoo Securities, semakin banyak konsumen zaman sekarang yang melakukan pembelian karena kepuasan yang mereka dapatkan dari perhatian orang lain.

Faktanya, Facebook, Twitter dan Instagram dipenuhi oleh foto-foto dari orang-orang yang mampu membeli Honey Butter Chips. Siapapun yang bisa membelinya – mungkin karena keberuntungan atau karena koneksi personal dengan pegawai supermarket – pasti memposting “foto bukti” di timeline mereka dan membuat pengikut mereka iri.

Apakah tren baru makanan di SNS ini, digabung dengan kebiasaan memamerkan makanan, akan menimbulkan demam makanan di masa depan? Kita tunggu saja.